Kejut.com

Minggu, 11 Maret 2012

Cinta ajaib

Tujuh minggu sudah Iman hadir sebagai pelengkap dan pengisi kebahagiaan kami , sebagai seorang ibu baru, banyak yang tanya bagaimana rasanya menjadi seoran ibu? Tidak terbayangkan sebelumnya perasaan ajaib yang saat ini aku rasakan, cinta yang menjelma menjadi bentuk kasih sayang yang baru, kasih sayang antara seorang ibu dan anak. Anak adalah buah cinta dari dua hati, namun ia tidak dititipkan dalam dua rahim. Ia dititipkan dalam rahim seorang ibu. Tuhan telah yang telah menganugerahkan rasa sayang ajaib sebagai fitrah bagi seorang wanita. Dengan kasih sayang itulah kita mampu menahan lemahnya tubuh saat mengandung, selama sembilan bulan disana engkau ada dalam rahim ibu dalam kesunyian sambil menghisap saripati kehidupan, tubuh yang membengkak, mulai dari kaki, betis, paha, perut, bibir, hidung dan stretchmark yang membekas di badan seperti zebra cross bahkan menjadikan kami merasa cantik luar biasa ketika di depan kaca, kamu tahu karena apa? karena kehadiranmu akan menjadikan kami sempurna nak, sebagai pelengkap fitrah kami sebagai seorang wanita.

Dengan anugerah kasih sayang itulah yang membuat kami mampu rasa sakit luar biasa ketika melahirkan, disetiap rasa sakit selalu ibu iringi dengan harapan kebahagiaan untuk segera melihatmu, menimangmu serta menciumu dan kasih sayang itu ibarat baterai anti low bat yang membuat kami siap sedia terjaga 24 jam ketika menjadi seorang ibu, dengan tubuh yang lemah setelah melahirkan ibu tetap bangun ketika mendengar suara tangisanmu, tidak ada muka masam, ibu bangun dengan senyuman dengan sabar mengganti popokmu yang basah, menyusuimu yang mengangis karena kehausan dan menggendongmu sampai kau tertidur karena nyaman. Dan semuaaaaa itu adalah kebahagiaan, ibu punya rasa sayang yang seluas lautan, selapang dunia bahkan lebih untukmu, engkau adalah titipan, engkau adalah anugerah seolah mulut tidak henti mengucapkan hamdallah setiap kali melihatmu, melihat senyumu anaku….

Mungkin di dunia ini tidak ada budi yang bisa mengimbangi ataupun membalas cinta seorang ibu, tapi satu hal yang perlu di ingat seorang ibu tidak perlu untuk dibalas karena semua ibu lakukan dengan cinta, mencintai sesuatu yang berharga tidak bisa dinilai dengan apapun, cinta yang benar-benar ajaib bukan? ^.^

Dyah Ayu Paramita

Minggu, 04 Desember 2011

Harapan dalam penantian kami


            Beberapa hari ini tendanganmu semakin kuat begitu juga dengan gerakanmu, bahkan ayah sudah bisa melihat gerakan dan terjalan kakimu yang menonjol di perut bunda, dan tahukah kamu bahwa ini semua membawa kebahagiaan yang tak ternilai, kamu sudah besar sekarang nak, sampai sepertinya perut bunda sudah hampir tidak cukup. Hmmmmmm……sudah 32 minggu ternyata kamu ada di rahim bunda, tumbuh bersama berjalannya waktu. Rasanya baru kemaren kegembiraan bunda ketika melihat 2 garis merah di testpack dan baru kemaren juga keharuan yang bunda rasakan ketika melihatmu terbungkus oleh kantong rahim. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri bunda, berbagai  perubahan fisik pada diri bundapun menyertai kehadiranmu diperut bunda nak. Bahkan bunda merasa senang dan puas setiap kali melihat angka yang bertambah di timbangan bunda setiap bulannya, karena itu berarti engkau dalam keadaan sehat waalfiat dalm perut bunda. Kamu semakin besar, badan bundapun semakin melar, setiap hari tidur, berdiri, makan, dan bernafas dalam kesulitan pada kondisi lemah di atas lemah. Akan tetapi, itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayang bunda kepadamu, sama sekali tidak. Bahkan ini semua adalah kebahagiaan yang luar biasa menjadikan hidup bunda menjadi sempurna.
            Bahkan sebelum kamu ada nak, bunda sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik buat kamu, bunda memilihkan ayah yang mampu membimbing kita dengan imannya, melindungi kita dengan tanggung jawab dan kasih sayangnya. Kamu dan ayahmu adalah hal terbaik yang bunda miliki, anugerah terindah yang tak henti untuk bunda syukuri. Kamu tahu, betapa ayahmu menyayangi bunda, setiap malam selalu sabar menggosok punggung bunda yang terasa gatal dan pegal, menggosok lantai kamar mandi yang licin agar bunda tidak terpeleset, yang rela mengangkat jemuran ketika hujan bila bunda sudah tertidur karena kelelahan, yang menemani bunda ke pasar dan tak pernah membiarkan bunda mententeng tas belanja karena berat, yang selalu ada di belakang untuk menjaga bunda ketika bunda naik tangga dan yang selalu bekerja sampai malam untuk memenuhi kebutuhan kita tanpa pernah terucap kata “lelah” sama sekali tidak pernah.
            Nak,  tinggal 6 minggu lagi insyaAllah, bunda pasti akan merindukan setiap tendangan dan gerakanmu, tapi bunda juga sudah tidak sabar untuk melihatmu, melihat betapa lucunya buah hati bunda. Sekarang ayah dan bunda sedang mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang terbaik buatmu, yang mampu mendidikmu dengan didikan yang sesuai dengan dinnul islam seperti yang dicontokan oleh Rosulullah Saw. Kami akan berusaha merawatmu, membesarkanmu hingga kamu tumbuh menjadi dewasa karena cinta.
            Setiap kali bunda mengelusmu, hanya satu doa bunda semoga Allah yang Maha Sempurna memberikan kesempurnaan dan kesehatan untukmu. Berjuta harapanpun tertanam, bunda inginkan kamu menjadi anak yang soleh nanti, anak yang selalu bisa mengukir senyum di wajah ayah dan bundamu, karena kami mencintai dan menyayangimu. Kamu adalah amanah, kamu adalah titipan Allah yang harus kami jaga dan kami didik sesuai fitrahmu, menjadi anak sholeh, yang taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, rajin beribadah dan belajar (insyaAllah, amin). Bunda juga selalu menanamkan kalimat-kalimat tauhid kepadamu dan berupaya mengenalkanmu kepada Sang Pencipta semenjak kamu ada dalam rahim bunda, dengan bacaan ayat-ayat suci-Nya dan dengan senandung-senandung shalawat Nabi. Kehadiranmu bagaikan pengingat bagi ayah dan bunda,  kamu mengingatkan kami tatkala masih sepertimu. Mengingatkan dengan lebih kuat lagi, betapa besar pengorbanan yang dilakukan oleh kakek nenekmu kepada kami, hingga bunda dan Ayah tumbuh dewasa dan bahkan sampai menjadi orang tua seperti mereka. Bunda dan Ayah sangat menyayangimu, karena kami ingin kaupun menjadi anak yang penyayang terhadap sesama. Kamulah aset yang akan menyelamatkan ayah dan bunda di yaumul akhir nanti apabila kami mampu mendidikmu menjadi anak yang soleh sesuai fitrahmu, insyaAllahh….
 Sehat ya nak, ayah dan bunda menantimu……..
Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyaatinaa qurrota a'yun waj'alnaa lilmuttaqiina imaaman. Amiin

Kamis, 15 September 2011

Kamu, dari hari ke hari :)

Mungkin ada beberapa pendapat bahwa kehamilan itu melelahkan, tapi buatku kehamilan adalah suatu keajaiban yang menakjubkan. Dan akupun sangat menikmati semua perubahan fisik yang terjadi pada tubuhku, stretch mark, kenaikan berat badan yang mengagetkan maupun rasa mual, lemas, perubahan kebiasaan dan emosi maupun serentetan perubahan-perubahan lain yang aku rasakan selama kehamilan ini. Dalam proses ini tentu saja aku tidak sendiri menjalani, karna ada suamiku, maksudnya bukan perut suamiku yang juga bertambah besar seiring dengan bertambahnya bulan lo…... Suamiku yang aku butuhkan lebih dari hari biasa aku membutuhkannya, yang aku harapkan kedatangannya lebih dari aku biasa menantinya dan yang aku perlukan pijitannya lebih dari biasa dia memijitku pada hari sebelumnya, hehehehe……benar-benar suami siaga, thanks hubby…..

Bukan hanya perubahan fisik, tapi juga mental, aku mulai mempersiapkan diri tepatnya mendewasakan diriku, merubah mindset dari seorang gadis, istri lalu seorang ibu. Dan hal inipun aku mulai ketika aku melihat ada dua garis merah horizontal yang terdapat pada tes kehamilanku, itu berarti bahwa kehamilanku positif. Tebak apa yang aku rasakan saat itu? Dengan melihat perutku yang masih kecil, “aku hamil? adakah kehidupan di dalamnya? Apakah aku akan segera menjadi ibu? apakah aku akan benar-benar melahirkan seorang bayi?” hahahaha, tentu saja itu pertanyaan yang sangat berlebihan.

Aku selalu menunggu setiap bulan, datang ke obgyn dengan penuh eager and passion (loh?). Karna bunda selalu ingin melihatmu nak. Setiap bulan, setiap berada di ruang tunggu itu, sebelum seorang perawat memanggil nama bunda untuk masuk, bunda selalu berdoa semoga Allah yang Maha Sempurna selalu melindungi dan menyempurnakan tumbuh kembangmu dalam rahim bunda. Sungguh luar biasa mengamati tumbuh kembang kamu dirahim bunda, dari kamu yang belum terlihat dan hanya terbungkus kantung rahim pada bulan pertama. Dan kamu yang masih sangggaaat keciil pada bulan kedua, bahkan bunda tidak menyadari kalau itu kamu nak, lalu jari-jari tangan dan kakimu mulai terbentuk, bunda juga bisa melihat detak jantungmu yang berdetak 2 kali lebih cepat dari detak jantung bunda, kamu juga terlihat sudah mulai bergerak pada bulan ketiga, tapi bunda masih belum bisa merasakannya. Dan Alhamdulillah pada bulan keempat kamu sudah terlihat sempurna dan bunda merasakan gerakanmu untuk pertama kalinya, gerakan yang membuat bunda kaget dan sadar bahwa itu kamu bukan hanya gerakan gas, kebahagiaanpun semakin bertambah ketika dokter bilang bahwa kamu sudah bisa mengedip dan sel syarafmu insyaAllah berkembang dengan baik. Bunda masih terus menunggu sampai akhirnya nanti kamu benar-benar menjadi nyata hadir kedunia dengan tangisanmu yang kami iringi dengan tawa kebahagiaan dan rasa syukur luar biasa. Dan setiap kali melihatmu bunda selalu tersenyum seakan tidak percaya kamu ada di rahim bunda, tumbuh dengan baik ya nak. Tinggal 22 minggu lagi (insyaAllah).

Dyah Ayu Paramita

Suri

Namanya suri, entah sudah berapa kali aku melihatnya mondar-mandir,  dengan perut yang sudah besar dia berjalan dari dapur rumahnya menuju toko kecil yang kebetulan terletak tidak jauh dari rumahku, oo……sedang banyak pesanan mie rupanya. Toko itu memang bukan milik suri melainkan milik ibu mertuanya, suri hanya membantu, setiap hari dia selalu datang sekedar untuk membantu berjualan atau memasak.

Umurnya baru 24 tahun, yah…..seumuranku, tapi dia sudah memiliki anak laki-laki berumur 4 tahun, alif namanya. “saya dulu menikah umur 19 tahun dan Alhamdulillah langsung hamil alif” ceritanya padaku disuatu sore. Alif terlihat sangat menyayangi ibunya, begitupun juga sebaliknya, mereka sangat dekat, dan suri adalah satu-satunya orang yang mampu menerjemahkan bahasa alif, maklum anak itu belum terlalu jelas berbicara, berulangkali saya harus menengok ke arah suri ketika alif mengajak saya bicara. Suri memang terlihat sangat sabar dan tidak pernah sekalipun saya melihat dia membentak atau main tangan menghadapi anaknya.  Bahkan dalam keadaan lemah seiring dengan perutnya yang bertambah besar tidak jarang aku mendengar gelak tawa mereka, “kadang saya kasian sama alif, dia ga temennya, secapek apapun saya kalau alif mau ngajak main, ya saya bangun bu, maen sama alif, yang penting alif seneng ga ngerasa kesepian di rumah” jelasnya padaku.

Suri benar-benar membesarkan alif dengan cinta, tanpa pernah terdengar suara yang meninggi, mata melotot, ataupun tangan berkacak pinggang. Tidak cuma itu, dia selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk suaminya, baginya menjaga anak, mengurus rumah, memasak masakan yang disukai suaminya adalah bentuk tanggung jawab dia sebagai seorang istri. Walapun hidupnya sederhana tetapi sungguhn wanita itu mampu memaknai perannya dengan sangat baik. Dari sosok wanita sederhana itu aku banyak belajar bagaimana menghargai suami yang setiap hari bekerja untuk mencukupi kebutuhan kami dan bagaimana aku mendidik anak-anaku nanti, mendidik dengan cinta dan sayang. Terkadang kami para wanita diberikan kekuatan untuk melakukan segala sesuatu melebihi kemampuan kami.  Karena kami diberikan hati dan rasa sayang yang membuat kami berhasil menjalankan peran kami dengan sempurna. Tidak diperlukan sekolah tinggi untuk mengerti itu semua karena yang kita perlukan sepenuhnya adalah hati…….

Dari ibu seperti suri lah anak akan menemukan inspirasi yang akan terus di ingat sampai dia menuju kedewasaan, seorang ibu yang pastinya memiliki kekurangan dan keterbatasan yang tertutup rapi dalam cinta, sayang dan kesederhanaannya memandang hidup. Seperti ibu-ibu kita dan seperti kita nanti……..amiiin ^.^

Dyah Ayu Paramita

Karena memang tidak bisa dipaksakan

Wanita muda itu terlihat beberapa kali menyeka air matanya, dia bercerita tentang pernikahannya yang sudah berjalan selama 3 tahun lebih tanpa kehadiran seorang bayi mungil sebagai pelengkap biduk rumah tangga mereka, “sebenarnya saya pernah hamil 3 kali bu, tapi usia kehamilan saya tidak pernah lebih dari 3 bulan” ceritanya pada saya. Dia sudah memeriksakan kondisi kesehatannya selama beberapa kali, dari obat penguat kehamilan sampai tes TORCH pun sudah pernah dilakukannya dan hasilnyapun negatife, “saya tidak tahu apa yang salah pada diri saya, kenapa Tuhan masih belum mengamanahkan seorang anak pada kami” tambahnya, kali ini dia tidak cukup kuat untuk menyeka air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya, pasti menyakitkan. Aku hanya mendengar, yah….mungkin cuma ini yang bisa aku lakukan untuk sedikit membantunya mengurangi beban. Dia terlihat menarik nafas, menenangkan diri dan melanjutkan ceritanya “kata dokter harus ada pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui bentuk rahim saya dan keadaan organ-organ kewanitaan saya, makanya saya sekarang nabung bu.” Itu menandakan bahwa perjuangannya belum berhenti pada titik ini, apapun akan dia usahakan sampai ada nyawa yang tumbuh dan berkembang dirahimnya dengan sempurna, benar-benar wanita yang luar biasa……
            Aku jadi teringat dengan diriku sendiri, ketika aku berencana memeriksakan diriku yang tak kunjung hamil setelah 3 bulan menikah, aku bertemu dengan seorang perawat, “mau periksa kehamilan bu?” pertanyaan pertama yang ditujukan padaku sebagai pembuka perbincangan kami, “engga bu cuma mau konsultasi dengan obgyn saja, sudah 3 bulan menikah tapi kok belum hamil” aku menjawab dengan jawaban yang lengkap dan detail berharap dia memberi tips, jurus jitu, saran atau apalah yang mungkin bisa membantu. “Wah, bagus bu, jarang loh yang punya kesadaran memeriksakan diri seperti yang ibu lakukan. Saya dulu juga harus menunggu 10 tahun untuk memiliki anak, semua usaha saya lakukan dan Alhamdulillah sekarang anak saya sudah tiga.” Appppaaaaa???????? 10 tahunn??????? Aku yang baru 3 bulan aja udah kayak orang kebakaran jenggot, seketika itu jadi mallluuuuuuu……Malu pada Tuhan, pada diriku sendiri, betapa kadang manusia merasa begitu terburu-buru dengan ketetapan yang sudah digariskan oleh Allah, terkadang kita menjadi manusia yang sok tahu, bukankah Allah mengetahui kita lebih baik dari diri kita sendiri? kita terlalu mengkhawatirkan masa depan yang membuat kita kehilangan masa sekarang, aku kehilangan waktu selama 3 bulan dimana seharusnya aku menikmati waktuku bersama suami sebagai pengantin baru, harusnya aku bersenang-senang dengan bebas menjelajah kota tanpa takut kecapekan, bebas menikmati kuliner tanpa perlu takut apakah itu sehat atau tidak sehat, bebas memakai baju apapun yang ingin aku pakai tanpa takut cukup atau tidak cukup. Begitupun sebaliknya, ketika Allah sudah mempercayakan amanahNya padaku, seolah tidak ada kebahagiaan yang lain yang lebih besar, aku belajar untuk sangat menikmati waktuku, menikmati masa ngidamku, ketika aku mual atau pusing atau ketika aku hanya bisa tidur dikasur karena lemas, karena dibalik itu semua ada rasa syukur yang luar biasa. Rasa syukur atas harapan yang akan sempurna ^.^
             Semua waktu yang kita jalani adalah waktu yang wajib untuk kita syukuri, apapun keadaan kita saat itu tanpa perlu ada rasa kuatir, bukankah kehidupan dan takdir kita akan tetap berjalan sesuai dengan ketetapan? Rasa kuatir dan cemas tidak akan menyumbang apa-apa kecuali keputusasaan, kadang Allah memberikan cobaan dalam suatu nikmat dan nikmat dalam suatu cobaan, lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Dyah Ayu Paramita.

Karena memang tidak bisa dipaksakan

Wanita muda itu terlihat beberapa kali menyeka air matanya, dia bercerita tentang pernikahannya yang sudah berjalan selama 3 tahun lebih tanpa kehadiran seorang bayi mungil sebagai pelengkap biduk rumah tangga mereka, “sebenarnya saya pernah hamil 3 kali bu, tapi usia kehamilan saya tidak pernah lebih dari 3 bulan” ceritanya pada saya. Dia sudah memeriksakan kondisi kesehatannya selama beberapa kali, dari obat penguat kehamilan sampai tes TORCH pun sudah pernah dilakukannya dan hasilnyapun negatife, “saya tidak tahu apa yang salah pada diri saya, kenapa Tuhan masih belum mengamanahkan seorang anak pada kami” tambahnya, kali ini dia tidak cukup kuat untuk menyeka air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya, pasti menyakitkan. Aku hanya mendengar, yah….mungkin cuma ini yang bisa aku lakukan untuk sedikit membantunya mengurangi beban. Dia terlihat menarik nafas, menenangkan diri dan melanjutkan ceritanya “kata dokter harus ada pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui bentuk rahim saya dan keadaan organ-organ kewanitaan saya, makanya saya sekarang nabung bu.” Itu menandakan bahwa perjuangannya belum berhenti pada titik ini, apapun akan dia usahakan sampai ada nyawa yang tumbuh dan berkembang dirahimnya dengan sempurna, benar-benar wanita yang luar biasa……
            Aku jadi teringat dengan diriku sendiri, ketika aku berencana memeriksakan diriku yang tak kunjung hamil setelah 3 bulan menikah, aku bertemu dengan seorang perawat, “mau periksa kehamilan bu?” pertanyaan pertama yang ditujukan padaku sebagai pembuka perbincangan kami, “engga bu cuma mau konsultasi dengan obgyn saja, sudah 3 bulan menikah tapi kok belum hamil” aku menjawab dengan jawaban yang lengkap dan detail berharap dia memberi tips, jurus jitu, saran atau apalah yang mungkin bisa membantu. “Wah, bagus bu, jarang loh yang punya kesadaran memeriksakan diri seperti yang ibu lakukan. Saya dulu juga harus menunggu 10 tahun untuk memiliki anak, semua usaha saya lakukan dan Alhamdulillah sekarang anak saya sudah tiga.” Appppaaaaa???????? 10 tahunn??????? Aku yang baru 3 bulan aja udah kayak orang kebakaran jenggot, seketika itu jadi mallluuuuuuu……Malu pada Tuhan, pada diriku sendiri, betapa kadang manusia merasa begitu terburu-buru dengan ketetapan yang sudah digariskan oleh Allah, terkadang kita menjadi manusia yang sok tahu, bukankah Allah mengetahui kita lebih baik dari diri kita sendiri? kita terlalu mengkhawatirkan masa depan yang membuat kita kehilangan masa sekarang, aku kehilangan waktu selama 3 bulan dimana seharusnya aku menikmati waktuku bersama suami sebagai pengantin baru, harusnya aku bersenang-senang dengan bebas menjelajah kota tanpa takut kecapekan, bebas menikmati kuliner tanpa perlu takut apakah itu sehat atau tidak sehat, bebas memakai baju apapun yang ingin aku pakai tanpa takut cukup atau tidak cukup. Begitupun sebaliknya, ketika Allah sudah mempercayakan amanahNya padaku, seolah tidak ada kebahagiaan yang lain yang lebih besar, aku belajar untuk sangat menikmati waktuku, menikmati masa ngidamku, ketika aku mual atau pusing atau ketika aku hanya bisa tidur dikasur karena lemas, karena dibalik itu semua ada rasa syukur yang luar biasa. Rasa syukur atas harapan yang akan sempurna ^.^
             Semua waktu yang kita jalani adalah waktu yang wajib untuk kita syukuri, apapun keadaan kita saat itu tanpa perlu ada rasa kuatir, bukankah kehidupan dan takdir kita akan tetap berjalan sesuai dengan ketetapan? Rasa kuatir dan cemas tidak akan menyumbang apa-apa kecuali keputusasaan, kadang Allah memberikan cobaan dalam suatu nikmat dan nikmat dalam suatu cobaan, lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Dyah Ayu Paramita.

Dibali peran pekerjaanku.

    Cerita ini bermula disebuah ruang tunggu, disana kami memulai perbincangan, dari situ saya tahu bahwa ibu itu adalah seorang ibu dengan 2 orang anak yang berprofesi sebagai seorang guru di sebuah SDIT di mataram. Sebagai seorang mantan pengajar, sayapun mulai asyik membicarakan tentang perkembangan anak dengan ibu itu, pembicaraan ngalor ngidul ini sampai pada pertanyaan : ‘’Ngga ada niat untuk mencari pekerjaan lagi mb? daripada nganggur di rumah nanti bosan lagiankan sayang ijasahnya.’’ Pertanyaan yang sebenarnya sudah seringkali aku dengar dan akupun menjawab dengan jawaban yang sama :“suami saya lebih suka saya di rumah bu.” Begitupun juga dengan saya, saya lebih menyukai saat saya harus bangun lebih pagi untuk menyetlika baju yang akan suami saya pakai untuk berangkat bekerja, menyiapkan sarapan untuknya, menemaninya sampai ke depan pintu, mengantarnya dengan kecupan dan melambaikan tangan hingga sepeda motornya membawanya menjauh dari matanya saya begitupun ketika saya selalu ada di rumah untuk menyambutnya  pulang dengan makanan yang sudah siap dan rumah yang sudah rapi.

            Saya sangat paham, pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak produktif dan sering sekali di pandang sebelah mata. Urusan remeh temeh yang tak jauh  dari  “ dapur dan “kasur” menjadi salah satu alasannya. Sehingga banyak sekali wanita yang merasa minder jika ditanya masalah pekerjaan. Apalagi bila wanita yang menjadi seorang ibu ini mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi, ada yang memandang kasihan karna disayangkan setelah sekolah tinggi-tinggi ternyata “hanya” menjadi seorang Ibu Rumah Tangga.
Tapi saya tidak dan sama sekali tidak pernah minder dengan status saya yang menurut sebagian orang “hanya” sebagai ibu rumah tangga.
            Dibalik itu semua, pernahkah kita dasari betapa besarnya peran seorang istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga? Untuk urusan dapur istri bagaikan koki pribadi, dia mampu memilah dan merekam makanan apa yang disukai dan apa tidak disukai suami, dan selalu memastikan bahwa makanan yang dimasak adalah makanan yang sehat untuk suaminya. Dia bagaikan menteri keuangan di rumah, menyisihkan uang belanja, memilah milah antara kebutuhan yang perlu dan tidak perlu  agar cukup. Istri juga bagaikan manager pribadi yang selalu tahu baju apa yang cocok untuk dipakai suaminya, dan yang tidak kalah penting, istri adalah partner untuk berdiskusi dan berbagi, dan istri adalah teman yang paling asyik untuk bercerita dan diajak bercanda. Semua kami lakukan dengan CINTA. Ketika kami menjadi ibu nanti kami juga akan menjadi guru pertama bagi anak-anak kami, ditangan kamilah karakter yang kuat akan terbentuk yang akan menciptakan generasi yang tangguh nanti dan sebuah kebahagiaan dalam sebuah rumah ada karena peran seorang ibu yang memberikan kasih sayang kepada suami dan anak-anaknya dengan penuh ketulusan. Bukankah dibalik kesuksesan pria ada wanita yang luar biasa dibelakangnya? ^.^

Dyah Ayu Paramita.